Sabtu, 21 November 2015

Air & Perasaan

Meski kita semua rata-rata hidup di daratan, sepertinya jarang, bahkan ada yang bertahun2 tidak melihat laut, maka terlepas dari ketidaktahuan kita, ingat selalu bahwa hakikat permukaan bumi itu adalah air. 70% permukaan bumi adalah air. Itulah bagian terbesarnya.
Meski kita semua rata-rata lupa, atau mungkin tidak menyadarinya, tidak tahu, maka ingat selalu bahwa tubuh kita itu hakikatnya adalah air juga. Bayi, 75% bagian tubuhnya adalah air. Orang dewasa, rata 57% bagian tubuhnya adalah air. Itulah bagian terbesarnya. Kita saja yang sering merasa kita ini 'benda padat', kokoh, gagah, bisa tinju, bisa karate, tapi itu kulit luarnya saja, bagian dalamnya mayoritas adalah air.
Nah, dua hal ini membuat saya berpikir. Jangan-jangan, perasaan yang dimiliki manusia itu, kalau ada wujud fisiknya, maka hakikatnya juga bersifat air. Otak, kemampuan manusia berpikir untuk menghadapi masalah, menanggung beban hidup, mengatasi masalah itu juga hakikatnya adalah bersifat air. Maka itu akan menarik.
Air adalah salah-satu bentuk kehidupan yang sangat filosofis. Ada banyak sekali perumpamaan yang menggunakan sifat air. Misalnya, air selalu mengalir ke tempat lebih rendah, maka dia akan patuh dengan sifat tersebut. Lihatlah aliran air di sungai, berkelok-kelok, mengikuti aliran yang terbentuk. Jika bertemu bebatuan, air menyibak, jika bertemu bendungan, dia bersabar, terus bersabar mengumpulkan diri, baru melampaui bendungan tersebut. Jika menemui celah sempit, dia nyelip sedikit demi sedikit, jika lebar, dia lewat beramai-ramai. Air selalu patuh dengan filosofi hidupnya. Jika dingin dia membeku, jika panas dia menguap, besok lusa turun lagi jadi air. Sungguh air adalah wujud penerimaan sifat yang menarik.
Dan air, adalah bentuk yang selalu bisa memurnikan diri sendiri. Kalian tahu, ada 7 milyar orang di dunia ini, ada milyaran sapi, kambing, domba, onta, dsbgnya. Jika satu mahkluk tersebut buang air kecil satu liter setiap hari, maka ada puluhan milyar air kencing di muka bumi ini setiap hari. Kemana air kencing itu? Masuk toilet, parit, sungai, laut, atau masuk ke dalam bumi, atau menguap ke langit, menjadi hujan, bergabung dengan siklus air lainnya. Kembali murni. Hei, siapa di sini yang yakin, berani bilang dia tidak pernah meminum bekas kencing orang lain/hewan? Meskipun tentu saja airnya memang sudah murni.
Maka, jikalau perasaan berbentuk fisik, maka perasaan yang dimiliki oleh manusia itu boleh jadi hakikatnya bersifat air, dan boleh jadi memang begitulah kehidupan ini, seperti sifat air. Sabar seperti air, tangguh seperti air, selalu membersihkan diri seperti air.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar