Sabtu, 16 Maret 2013

merenungkan sebuah penyesalan


Penyesalan selalu datang terlambat”, kata-kata ini seakan sudah menjadi hukum yang disepakati bersama. Jarang sekali pendapat “sesal dulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna” bisa diejawantahkan. Hal ini bisa terjadi karena kita belum bisa menyeimbangkan tiga perangkat penting yang dianugerahkan Allah kepada kita : akal, perasaan dan kecerdasan spiritual. Tiga komponen ini adalah satu kesatuan yang tak mungkin dipisahkan.

Sulit sekali memang ketika dihadapkan pada sebuah permasalahan atau pilihan, kita “bertanya” dengan apik kepada ketiga komponen yang kita miliki tersebut. Terkadang, perasaan lebih dominan hingga akal terkalahkan. Jadilah keputusan yang dibuat jauh dari cara pandang secara umum. Atau sebaliknya, akal lebih menguasai hingga kita jadi seorang makhluk yang tak punya rasa empati. Lebih parah lagi ketika kita sama sekali tidak melirik pada kecerdasan spiritual yang kita punyai, dan kitapun tidak terlalu cerdas untuk yang satu ini.


Penyesalan menjadi penting untuk dibahas, karena kecerobohon demi kecorobohan yang saya lakukan akhir-akhir ini. Spiritual yang tak terasah telah membuat saya melaju menjadi seorang hamba yang sombong, mengabaikan sunatullaah, kehilangan rasa empati dan sering mengeluh. Pertolongan Allah serasa sulit digapai, Syair lagu Bimbo “Aku jauh.. Engkau jauh… Hati adalah cermin.. tempat pahala dan dosa bertarung.. “ seringkali terngiang tapi tak satupun perubahan yang saya lakukan.

“Tangis adalah senjata seseorang tertama wanita atau tidak berlaku sama sekali. Hati ini terasa begitu gersang

Bacaan-bacaan penggugah semangat juga tak mempan. Perjuangan tak kenal lelah dari Siti Khadijah dalam mendampingi Rasulullah, kesabaran Siti Hajar mencari mata air untuk puteranya ketika terdampar di Padang Pasir, ketegaran Al-Khansa mengantarkan puteranya syahid, kesetiaan para sahabat kepada Rasulullah lewat begitu saja, tak berbekas ! Nasehat demi nasehat dari orang terdekat hanya melintas di telinga untuk sekejap..


Mengutip curhat seorang Akhwat(maap tidak aku sebut namanya)

Hingga suatu hari, Allah mendatangkan seorang Akhwat dari dunia penuh “kerlipan”, dunia selebritis dengan kekayaan yang bisa menggoda iman. Dia berada di puncak kejayaan. Usianya masih sangat muda. Grup band yang diusungnya menempati tiga besar di jajaran panggung hiburan Dengan tampilan bersahaja, ia datang untuk berdiskusi. …kakak, jiwa saya gelisah, saya ragu apakah Allah ridha dengan apa yang saya perbuat saat ini ? Saya ingin mencintai-Nya seutuhnya. Tahukah kakak? tidak jarang ketika azan berkumandang, saya sedang sibuk berjingkrak-jingkrak dalam kalimat yang tak pantas.

…” Kalimat sederhana itu merobohkan semua tiang keangkuhan yang sedang meraja. Subhaanallaah…dia masih sempat ingat Allah dalam dunianya yang hingar-bingar, dia ingin disayang Allah… sementara kita kadang menampik semua kasih sayang itu. Betapa tak bersyukurnya…kita seharusnya malu..malu pada jati diri..


 hingga curhat-curhatnya yang lain tak sempat saya dengarkan dengan seksama.kita  rasakan “tamparan demi tamparan” Allah merasuk dalam hati, sejuk sekali.. Kasih sayang Allah serasa menjalar di setiap pembuluh darah.


Penyesalan selalu datang terlambat. kadang kita lalai untuk tidak istiqomah dalam melaksanakan amalan sunnah, cukup lama untuk tidak khusyu shalat dan cukup lama untuk mengabaikan sesama. Tiba-tiba rasa takut menyelinap.. andaikan Allah memanggil dalam keadaan terburuk itu, sanggupkah kita menghadap-Nya ? Astaghfirullaah..


“Ya Rabb, jadikan penyesalan kami ini sebagai penyesalan terakhir. Beri kami kemampuan untuk mengerahkan semua instrument yang Kau anugerahkan sebagai kompas untuk penuntun langkah dalam setiap detak kehidupan, hingga tiada lagi penyesalan tak berguna. Ijinkan kami menitipkan cinta untuk semua makhluk yang telah Kau hadirkan tuk belajar kami.Pandu kami untuk bisa selalu bermuhasabah. Ampuni kami ya Allah. Makasih telah ajari kami mencintai-Mu lewat jalan yang Kau sukai dari para ulama,ahlul bayt..dll yg senantiasa memberi  kami petunjuk".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar